Beranda | Artikel
Syarat Agar Doa Dikabulkan - Tafsir Surat Al-Baqarah 186-187
Sabtu, 4 April 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Syarat Agar Doa Dikabulkan – Tafsir Surat Al-Baqarah 186-187 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 8 Rabbi’ul Awwal 1441 H / 05 November 2019 M.

Kajian Tentang Syarat Agar Doa Dikabulkan – Tafsir Surat Al-Baqarah 186-187

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ…

Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepada engkau (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku ini dekat. (Dekat apanya?) Aku mengijabah do’a orang yang berdoa kepadaKu apabila ia berdoa.” (QS. Al-Baqarah 186)

Artinya, dekat di sini yaitu dekat dengan ijabahnya, ijabah Allah itu dekat.

فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي

Maka hendaklah mereka mengijabah panggilanKu.”

وَلْيُؤْمِنُوا بِي

Dan hendaklah mereka beriman kepadaKu.”

Artinya jika kalian ingin doa kalian itu diijabah, maka hendaklah kalian mengijabah panggilan Allah dan RasulNya. Karena orang yang mengijabah panggilan Allah dan RasulNya, maka Allah akan ijabah doa-doanya. Tapi orang yang tidak mengijabah panggilan Allah dan RasulNya, bagaimana Allah akan ijabah doanya? Maka Allah mengatakan: “Hendaklah mereka mengijabah doaKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu.”

Di sini kemudian Allah menyebutkan alasannya.

لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Agar kalian berakal.”

Artinya kalau kalian mengijabah panggilan Allah, kalian beriman kepada Allah, maka akal kalian akan semakin bersih. Semakin kalian menjadi orang yang berakal. Karena akal itu kalau kita gunakan dengan sebenar-benarnya, ia akan membimbing kepada kebaikan. Karena hakikat akal itu adalah sesuatu yang bisa mencegah diri kita dari keburukan. Makanya orang yang berbuat maksiat kepada Allah tidak menggunakan akalnya. Kalau ia menggunakan akal pikirannya, dia akan tahu bahwa maksiat itu menjerumuskan ke neraka. Orang yang berzina, mencuri dan yang lainnya, makan riba, kita katakan ini orang-orang yang tidak menggunakan akal pikirannya. Kalau lah mereka menggunakan akal pikirannya sedikit saja, mereka akan dapati bagaimana bahaya zina, bahaya mencuri, bahaya maksiat-maksiat.

Maka Allah mengatakan: “Hendaklah mereka mengijabah panggilanKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, niscaya mereka akan terbimbing akalnya”

Faidah Surat Al-Baqarah 186

Dari ayat ini kita ambil faidah. Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah:

1. Puasa salah satu sebab diijabahnya doa

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan ayat ini di tengah-tengah ayat-ayat puasa. Karena di ayat 181 Allah memanggil: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian puasa.” Kemudian sampai firmanNya:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

Kemudian diselipkan oleh Allah  ayat ini. Kemudian setelah ayat ini Allah akan kembali berbicara tentang puasa. Itu menunjukkan bahwa orang yang berpuasa adalah doanya diijabah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena orang yang berpuasa itu dia mengijabah panggilan Allah. Allah memanggil untuk berpuasa dan dia ijabah. Orang yang berpuasa itu akrena keimanan. Maka yang seperti ini, pasti Allah akan ijabah doanya.

2. Menunjukkan kasih sayang Allah

Ayat-ayat ini menunjukkan akan kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya. Dimana Allah menyebutkan di sini: “Apabila hamba-hambaKu bertanya kepada engkau.” Di sini Allah menyebutnya sebagai “hamba-hambaKu”. Semua kita adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapapun, makluk seluruhnya adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tapi terkadang Allah menyebut kata-kata “hamba” dalam Al-Qur’an itu untuk dua makna. Makna yang pertama penghambaan secara umum, artinya semua makhluk hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Baik yang mukmin, yang kafir, yang beriman, yang tidak beriman, munafik dan yang lainnya. Mereka semua hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini disebut dengan ‘ubudiyyah ‘ammah (penghambaan yang bersifat umum). Ada lagi yang sifatnya ‘ubudiyyah khashshah (penghambaan secara khusus) dan ini hanya untuk orang-orang yang beriman saja. Maka Allah menyebut Rasulullah sebagai hambaNya. Allah berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya.” (QS. Al-Isra[17]: 1)

Contoh lagi Allah berfirman:

وَعِبَادُ الرَّحْمَـٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا ﴿٦٣﴾

Dan hamba-hamba Allah Ar-Rahman yaitu orang yang berjalan di muka bumi dengan penuh ketawadhuan. Dan apabila bertemu dengan orang-orang bodoh mereka ucapkan kata-kata yang selamat.” (QS. Al-Furqan[25]: 63)

Di situ Allah menyebutkan hamba-hamba Ar-Rahman, berarti di sini hamba-hamba yang bersifat khusus. Yaitu hamba-hamba yang menghambakan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Allah itu dekat kepada hambaNya

Penetapan Allah itu dekat kepada hambaNya. Dekat di sini maknanya apa? Apakah Allah berada dimana-mana? Tidak. Karena Allah tegas mengatakan dalam 7 ayat Al-Qur’an bahwa Allah beristiwa diatas ArsyNya. Allah juga mensifati diriNya Al-‘Ali (Yang Maha Tinggi).

Lalu bagaimana dengan dekat? Artinya Allah mendekat kepada hambaNya dengan sesuatu yang Allah kehendaki. Misalnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir.” Artinya Allah turun ke langit dunia mendekat kepada hambaNya. Namun apakah berarti ‘Arsy Allah kosong dari DzatNya? Tentu tidak. Karena Allah Maha Besar. Allah yang paling besar. Bagi Allah mudah sekali, tidak bisa kita pikirkan dengan akal pikiran kita.

4. Allah mendengar doa

Penetapan bahwa Allah mendengar doa orang-orang yang berdoa. Karena Allah berfirman: “Aku mengijabah doa orang yang berdoa kepadaKu.” Berarti Allah mendengar tidak? Itu konsekuensi Allah mendengar. Maka ayat ini tegas mengatakan bahwa apabila hamba Allah berdoa kepada Allah, pasti Allah akan ijabah.

Dan sudah kita sebutkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad bahwasannya Allah mengijabah doa seorang hamba itu dengan salah satu dari tiga atau bahkan ketiga-tiganya. Yang pertama, diberikan apa yang dia minta. Minta “Ya Allah berikan saya rezeki”, dikasih. Yang kedua, disimpan di dalam surga. Karena berdoa itu pahala tidak? Pahala besar. Dan yang ketiga, dihindarkan dari marabahaya. Ini pasti.

Namun tentunya orang-orang yang diijabah doanya ini, bila mereka tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan doanya tidak diterima oleh Allah. Karena ada hal-hal yang menyebabkan doa kita tidak dengar oleh Allah. Seperti memakan makanan yang haram. Karena disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟!

Rasulullah menyebutkan seorang laki-laki yang panjang safarnya, rambutnya kusut dan berdebu, dan ia mengangkat kedua tangannya ke langit dan berkata: Ya Rabb, Ya Rabb, ternyata makanannya haram, minumnya haram, diberikan gizi yang dari haram, pakaiannya haram, bagaimana Allah akan ijabah doanya?!

Baca juga: Allah Maha Baik dan Hanya Menerima Yang Baik

Yang kedua yang menyebabkan doa tidak dikabulkan, saat berdoa hati kita lalai. Kita berdoa, “Ya Allah, Ya Allah.” Tapi hati kita terbang entah kemana. Kita berdoa, “Ya Allah, Ya Allah.” tapi kita mikirin kantor. Kita berdoa, “Ya Allah, Ya Allah.” tapihati kita ke pasar. Maka yang seperti ini -kata Rasulullah- tidak akan diterima doanya.

Yang ketiga, minta segera diijabah secepatnya. Tergesa-gesa. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:

يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ

“Seorang itu doanya pasti diijabah selama ia tidak tergesa-gesa minta diijabah.” (HR. Muslim)

Dia mengatakan, “Saya sudah berdoa, berdoa, berdoa, kok belum ada kunjung datang pengijabahan?” Akhirnya apa? Lama lama lama, bosan. Yang seperti ini pasti tidak akan diijabah.

Makanya kita kalau berdoa itu jangan sampai keinginan terbesar kita ijabah. Kalau keinginan terbesar kita diijabah ketika berdoa dan ternyata ijabahnya lambat datangnya, kita su’udzon sama Allah. Yang penting kita sudah berdoa dan masalah ijabah serahkan sama Allah. Allah yang paling tahu kapan waktu yang paling tepat untuk mengijabah, kita tidak tahu. Ilmu kita sangat sedikit. Karena ilmu kita sangat sedikit, kita memandang terkadang ingin cepat-cepat. Tapi Allah dengan keluasan ilmuNya tahu. Kalau diijabah dengan cepat, ini mudharat (tidak baik) atau bahkan kalau diijabah doanya malah membahayakan si hamba. Maka Allah tidak ijabah doanya tapi di simpan di surga.

Sama dengan antum punya anak mewek (nangis) minta dibeliin es krim. Dan antum tahu kata dokter anak ini tidak boleh makan es krim, nanti penyakitnya kumat. Si anak mewek minta es krim terus tapi bapak ngga mau memberikan. Si anak menganggap es krim ini bagus buat dia, enak. Tapi orang tuanya tahu bahwa ini bahaya untuk anaknya. Maka orang tua tidak mau memberikan kepada si anak walaupun si anak nangis. Itu antara bapak sama anak, bagaimana Allah dengan hambaNya? Allah lebih sayang kepada hambaNya daripada ibunya kepada anaknya kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Terkadang kita minta kepada Allah, “Ya Allah, Ya Allah” kita menganggap yang kita minta itu maslahat buat kita. Tapi Allah tahu itu mudharat. Bisa jadi Allah tidak kabulkan doa, tapi disimpan saja nanti di surga. Makanya di sini kita wajib khusnudzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Simak pembahasan yang penuh manfaat ini pada menit ke-15:56

Download MP3 Kajian Syarat Agar Doa Dikabulkan – Tafsir Surat Al-Baqarah 186-187


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48315-syarat-agar-doa-dikabulkan-tafsir-surat-al-baqarah-186-187/